Minggu, 12 Oktober 2025

Alasan Orang Tua Memilih Sekolah Swasta, Padahal Ekonominya Terbilang Pas-Pasan

Ilustrasi sekolah swasta

 

Pilihan untuk menyekolahkan anak ke sekolah swasta, nampaknya menjadi tren buat orangtua. Banyak orangtua yang memilih hidup irit asalkan anak bisa masuk sekolah terbaik.

Tentu banyak orangtua dengan ekonomi pas-pasan berjuang mencari sekolah swasta terbaik bagi anak mereka.

Kalau Anda membuka media sosial dan mencari konten mengenai review sekolah, pasti banyak komentar para orangtua yang memilih sekolah swasta daripada negeri.

Sebagian, menabung biaya pendidikan sejak bayi karena keuangannya pas-pasan. Tak hanya di kota besar, kini mulai banyak orangtua di daerah kecil juga punya keinginan memasukkan anak di sekeolah swasta.

Lalu mengapa orangtua yang ekonomi pas-pasan memilih sekolah swasta?

Alasan orangtua pilih sekolah swasta meski ekonomi pas-pasan Dilansir dari Kompas.com pada Jumat (29/8/2025) pengamat pendidikan dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jejen Musfah, menjelaskan alasan banyaknya orangtua memilih sekolah swasta. Jejen menilai bahwa keputusan sebagian orangtua untuk memilih SD swasta, meski kondisi ekonomi mereka pas-pasan karena tidak lepas dari pertimbangan kualitas lingkungan belajar.

Sekolah swasta banyak yang menawarkan lingkungan belajar yang lebih kondusif. Dibandingkan sekolah negeri, sekolah swasta punya program yang membantu siswa mendalami bakatnya. Salah satu pertimbangan lainnya, jumlah siswa di kelas sekolah swasta jauh lebih sedikit dari sekolah negeri.

“Pertimbangannya karena kualitas lebih baik dan jumlah murid dibatasi. Sebagian sekolah juga berkualitas dengan menggunakan kurikulum internasional atau berbasis keagamaan,” ujarnya kepada Kompas.com. Faktor lainnya, orangtua banyak yang mencari sekolah dengan fondasi agama lebih kuat.

Beberapa orangtua memilih SD swasta, khususnya madrasah, karena adanya pelajaran hafalan Quran, yang umumnya tidak ada di sekolah negeri. “Sebagian orangtua juga memilih sekolah atau madrasah yang fokus pada hafalan Quran agar anaknya bisa masuk jalur tahfiz ke SMP atau MTs,” kata Jejen.

Berapa biaya sekolah swasta? Sejauh ini, masyarakat melihat sekolah swasta memiliki biaya lebih mahal daripada sekolah negeri. Hal itu memang benar, tetapi tidak semua sekolah swasta hampir tidak bisa dijangkau biayanya.

Banyak PAUD-TK swasta yang per bulan SPP nya antara Rp 200-500 ribu. Meski ada yang mahal, misalnya berbasis montessori atau kurikulum lainnya bisa mematok biaya SPP sebesar Rp 1,5-3 juta per bulan.

Sama halnya dengan SD swasta ada yang per bulan Rp 500.000 bahkan ada yang uang gedungnya mencapai Rp 100 juta lebih. Biasanya, semakin mahal sekolah itu karena sarpras (sarana prasarana) dan kurikulum yang digunakan.

Sekolah swasta yang hanya menggunakan kurikum nasional lebih murah daripada sekolah yang menggunakan kurikulum Cambridge atau kurikulumIB. Contohnya, biaya SMA Pradita Dirgantara yang merupakan salah satu sekollah terbaik di Indonesia punya uang pangkal sampai Rp 50 juta dan Dana Operasional Pendidikan (DOP/SPP) sebesar Rp 6.425.000 per bulan.

Lalu seperti Sekolah Insan Cendekia, untuk total biaya masuk jenjang SMP sebesar Rp 36.150.000 dan jenjang SMA sebesar Rp 36.850.000. Ada juga sekolah negeri yang punya biaya lebih tinggi bahkan setara sekolah-sekolah swasta. Misalnya MAN Insan Cendekia.

Hal itu karena MAN IC menerapkan boarding school dengan sarpras yang lebih unggul. Termasuk SMA dan MA negeri yang memiliki kurikulum cambridge, juga punya biaya lebih tinggi dari sesama sekolah negeri. “Di sisi lain, banyak sekolah swasta bagus dengan biaya terjangkau. Hanya sedikit sekolah swasta elit dan sangat bagus yang berbiaya mahal,” jelasnya.

Ia mengatakan, ini bukan sekedar tren. Memang benar, banyak orangtua yang menyusun anggaran dengan cermat dan hemat agar anak tetap bisa menempuh pendidikan lebih baik.

“Orangtua memprioritaskan kualitas meskipun berbayar bahkan mahal sekalipun, karena mereka sadar pentingnya pendidikan untuk anak-anak mereka. Sebab, pendidikan lah yang menentukan masa depan anak-anak,” lanjut Jejen.

Berita Terkait