Kamis, 27 November 2025

Ditengah Maraknya Persaingan Industri Rokok Tanpa Cukai, Gudang Garam Beri Usulan ke Pemerintah

Ilustrasi Rokok

 

PT Gudang Garam Tbk (GGRM) menyiapkan berbagai strategi untuk mendorong kinerja di tengah maraknya persaingan dengan industri rokok tanpa cukai.

Direktur Gudang Garam Istata Siddharta mengatakan, masalah yang ada di industri rokok saat ini adalah adanya sigaret kretek mesin (SKM) tanpa pita cukai atau pita cukai yang salah pelekatan. Rokok dengan jenis ini memiliki biaya nol untuk cukai.

“Dengan kondisi seperti ini, kalau bisa, mereka (pembeli) akan tetap mencari SKM dengan cukai nol daripada SKT dengan cukai Rp 6.600, apalagi SKM dengan cukai Rp 19.000,” ujar dia dalam Public Expose, Kamis (11/9/2025).

Ia menambahkan, saat ini hal tersebut menjadi masalah terbesar dari industri rokok nasional. Sebagai pelaku industri swasta, GGRM tidak memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan hukum terkait industri rokok tanpa pita cukai tersebut.

“Paling ideal itu, penindakan rokok ilegal itu bukan dengan penindakan dengan secara hukum atau kekerasan, tetapi ciptakan suatu peraturan cukai yang memang memungkinkan industri ini pulih kembali seperti biasa dan kami bersaing dengan industri rokok ilegal,” imbuh dia.

Sementara itu, Direktur sekaligus Corporate Secretary Gudang Garam Heru Budiman mengatakan, sejak 2024 Gudang Garam masih dalam proses untuk memperbesar varian dan produk segmen SKT demi meningkatkan pendapatan. Dengan demikian, Gudang Garam bisa memenuhi permintaan yang muncul dari orang yang mencari rokok dengan harga lebih murah.

“SKT pada umumnya semunya jauh lebih murah karena kenaikna cukai yang terjadi sejak 2020 itu lebih banyak di SKM,” terang dia. Tak hanya itu, untuk mendorong kinerja Gudang Garam juga terus berupaya untuk mengikuti perkembangan zaman dengan menjajaki bisnis di segmen rokok elektrik.

Heru menjelaskan, pihaknya juga telah mencoba untuk masuk ke bisnis rokok elektrik. “Tidak terlalu banyak yang diharapkan karena rokok elektrik ini lebih banyak di level menengah ke atas,” ungkap dia.

Sebagai informasi, Gudang Garam membukukan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 117,16 miliar hingga semester I-2025. Laba Gudang Garam turun 87,34 persen secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 925,5 miliar.

Dilansir dari laporan keuangannya yang disampaikan melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), penurunan laba tersebut disebabkan kerena GGRM mencatat pendapatan senilai Rp 44,36 miliar para paruh pertama 2025. Angka itu turun 11,4 persen secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 50,01 miliar.

Selain itu, beban pokok penjualan dan pendapatan juga turun menjadi Rp 40,5 triliun. Dengan demikian, laba kotor GGRM yang dibukukan adalah Rp 3,7 triliun hingga Juni 2025.

Raihan itu turun dari Juni 2024 yang sebesar Rp 5,06 triliun. Laba usaha Gudang Garam hingga semester I 2025 juga turun cukup dalam menjadi Rp 513,7 miliar dari Juni 2024 yang sebesar Rp 1,613 triliun. Seiring dengan itu, pendapatan lainnya turun jadi Rp 148,7 miliar dari sebelumnya Rp 171,76 miliar.

Sementara itu, beban lainnya malah naik jadi Rp 2,3 miliar, dan perusahaan membukukan rugi kurs Rp 1,7 miliar dari sebelumnya mencatat laba Rp 39,3 miliar.

Berita Terkait