Minggu, 12 Oktober 2025

Prabowo Ambil Langkah Tegas Stop Impor Solar pada Semester II-2026

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia

 

Pemerintah mengambil langkah tegas untuk menghentikan impor bahan bakar minyak (BBM) jenis solar. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, Indonesia akan berhenti mengimpor solar pada semester II-2026, seiring dengan keputusan mandatori penerapan solar campur biodiesel 50% atau B50.

“Atas arahan Bapak Presiden (Prabowo Subianto) sudah diputuskan bahwa 2026 insyaallah akan kita dorong ke B50, dengan demikian tidak lagi kita melakukan impor solar ke Indonesia,” kata Bahlil dalam pemaparannya pada forum Investor Daily Summit 2025 bertema “New Economic Order” di JICC, Senayan, Jakarta, Kamis (9/10/2025).

Bahlil menjelaskan, pemanfaatan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) untuk dicampur dengan solar adalah upaya menekan impor BBM sekaligus meningkatkan nilai tukar petani.

Sejak Januari 2025, Indonesia telah menerapkan B40 (campuran 40% biodiesel nabati ke solar). Dengan capaian B40 ini, Bahlil menyebut impor solar kini hanya tinggal 4,9 juta barel, atau sekitar 10% dari total konsumsi.

Target B50 saat ini sudah memasuki uji keempat atau tahap akhir pada berbagai jenis kendaraan dan mesin, termasuk mesin kapal, kereta, dan alat-alat berat. Uji tahap akhir ini diperkirakan membutuhkan waktu hingga delapan bulan dan ditargetkan bisa diterapkan pada semester II-2026, yang akan membebaskan Indonesia dari impor solar.

Selain solar, Bahlil menyatakan pemerintah juga akan mewajibkan pencampuran etanol 10% atau E10 dalam produk BBM jenis bensin, juga dalam rangka mengurangi impor. “Ke depan Indonesia akan kita dorong mandatori menjadi E10. Tujuannya apa, kita mengurangi impor,” ujar Ketua Umum Partai Golkar ini.

Etanol tersebut, lanjutnya, didapatkan dari produk pertanian seperti singkong atau tebu. Penggunaan produk pertanian ini diharapkan akan membuka lapangan pekerjaan baru, mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, dan mengurangi ketergantungan impor BBM.

Bahlil menampik keraguan soal penggunaan etanol, dengan mencontohkan keberhasilan di berbagai negara, seperti Brasil menggunakan E27, Amerika Serikat E10 dan beberapa negara bagian bahkan hingga E85, India E80, Thailand E20, hingga Argentina E12.

“Sangatlah tidak benar kalau dibilang etanol tidak bagus, buktinya di negara-negara lain sudah pakai barang ini,” pungkas Bahlil.

Di acara yang sama, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan B50 sudah menjalani uji jalan untuk diimplementasikan pada 2026. “Ini sedang dilakukan ‘road test’ sampai enam bulan ke depan,” ucap Airlangga.

Dia bilang, Kemenko Perekonomian akan menjadwalkan Rapat Kerja Nasional Komite Pengarah (Komrah) dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP). Pertemuan ini penting, sebab pengimplementasian B50 membutuhkan pasokan CPO.

Adapun B50 adalah jenis bahan bakar diesel terbarukan yang merupakan campuran dari 50% CPO dan 50% solar konvensional (fosil). Oleh karenanya, kebutuhan akan CPO harus dikoordinasikan dengan BPDP.

“Nanti kami jadwalkan (Rapat Komrah), tetapi ‘road test’ (uji jalan) sudah mulai,” tegas Airlangga.

Berita Terkait