
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung mengatakan, masalah di Jakarta bersifat dinamis dan selalu berubah setiap hari. Oleh sebab itu, pemerintah kota harus memiliki sikap responsif dalam mengambil keputusan. “Responsif, harus bergerak.
Setiap hari, permasalahan di Jakarta itu selalu berbeda” ujar Pramono saat memberikan materi Kuliah Umum Komunikasi Publik Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta Menuju Kota Global di Auditorium Pascasarjana Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjajaran, Jatinangor, Jumat (26/9/2025).
Pramono mencontohkan keluhan warga terkait akses menuju Stasiun Cikini, Jakarta Pusat, yang selama lebih dari 15 tahun membuat penumpang harus melompati pagar. Ia langsung memutuskan pembangunan pelican crossing agar warga bisa menyeberang dengan aman.
“Begitu saya mengetahui itu, saya langsung ambil keputusan. Kita buatkan pelican crossing, diatur dengan baik. Ini suara publik yang harus saya dengarkan,” kata dia. Menurut Pramono, Jakarta yang kini menempati peringkat ke-74 kota global dari 156 negara, memiliki tantangan besar.
Dengan jumlah penduduk yang mencapai 11 juta jiwa di malam hari dan 15 juta di siang hari, masalah seperti kemacetan, polusi, dan keterbatasan akses transportasi selalu muncul dengan pola berbeda. Dengan latar belakang akademisnya sebagai doktor di bidang komunikasi membuatnya memahami betul pentingnya pola interaksi pemerintah dengan masyarakat.
Menurut dia, komunikasi bukan sekadar menyampaikan program, tetapi juga mendengarkan keluhan dan aspirasi warga secara langsung.
Beberapa prinsip good governance yang saya terapkan di dalam proses komunikasi yang pertama tentunya harus inklusif, mendengarkan apa yang menjadi keinginan masyarakat,” kata dia. Ia juga menekankan bahwa setiap kebijakan harus terukur dan berdampak nyata.
Salah satunya melalui uji coba pembukaan satu jalur tol gratis di TB Simatupang untuk mengurai kemacetan. “Selama lima hari uji coba, rata-rata 612 mobil lewat jalur itu. Hasilnya, kemacetan turun hampir 27 persen. Karena efektif, saya perpanjang sampai akhir Oktober,” jelasnya. Pramono menegaskan, sebagai gubernur ia tidak ingin terjebak dalam janji-janji besar.
Baginya, mendengarkan warga dan menyelesaikan persoalan sehari-hari yang nyata lebih penting untuk membangun Jakarta sebagai kota global yang ramah warganya. “Saya hanya bilang saya akan melanjutkan hal baik dari gubernur sebelumnya.
Dari Pak Sutiyoso, Pak Foke, Mas Anies, Pak Ahok dan sebagainya dan itu betul-betul secara konsisten saya lakukan,” ungkap Pramono.