
Pernah merasa begini: baru gajian, eh… sudah habis padahal belum akhir bulan? Atau saat ingin menabung, tiba-tiba kebutuhan mendesak datang bertubi-tubi.
Di tengah harga barang yang terus merangkak naik, menabung memang jadi tantangan tersendiri. Namun, bukan berarti menabung tidak mungkin. Justru saat kondisi ekonomi tidak menentu seperti sekarang, kebiasaan menabung jadi lebih penting dari sebelumnya.
Kuncinya adalah menabung secara cerdas dan realistis
Kenapa Menabung Terasa Makin Sulit?
Alasannya sederhana: biaya hidup naik, tapi penghasilan belum tentu ikut naik.
Harga beras naik, bensin naik, listrik naik, bahkan jajanan pinggir jalan pun ikut naik. Sementara gaji masih tetap, atau kalau naik pun tidak sebanding dengan lonjakan inflasi.
Belum lagi kebutuhan mendesak seperti:
-
Biaya sekolah anak
-
Cicilan rumah atau kendaraan
-
Kesehatan yang tiba-tiba butuh biaya besar
Dalam situasi ini, menabung kadang terasa seperti “kemewahan”. Tapi justru di saat sulitlah kita harus pintar menyisihkan, bukan menunggu kondisi ideal.
7 Cara Menabung di Tengah Kenaikan Harga
1. Sisihkan di Awal, Bukan di Akhir
Banyak orang gagal menabung karena menunggu “sisa” uang. Padahal kenyataannya, yang disisakan biasanya habis duluan.
Langsung alokasikan 5–10% penghasilan saat baru menerima gaji. Anggap saja uang itu memang bukan milikmu untuk dibelanjakan.
2. Gunakan Sistem Rekening Terpisah
Buka rekening khusus tabungan tanpa kartu ATM. Ini membuatmu tidak tergoda mengambil uang seenaknya. Semakin jauh dari jangkauan, semakin aman.
3. Manfaatkan Otomatisasi
Banyak aplikasi keuangan atau mobile banking yang memungkinkanmu menyetel pemotongan otomatis tiap bulan. Ini akan membentuk kebiasaan menabung tanpa harus berpikir panjang setiap waktu.
4. Kurangi Pemborosan Kecil
Kopi kekinian, jajan online, atau langganan digital yang jarang dipakai—terlihat kecil, tapi jika dikumpulkan, bisa menjadi tabungan yang lumayan.
Bukan berarti harus pelit, tapi belanja dengan sadar dan terarah.
5. Gunakan Metode Menabung Kreatif
Misalnya, metode menabung koin Rp2.000 atau tantangan 52 minggu. Buat menabung terasa menyenangkan, bukan menyiksa.
Ada juga metode amplop: bagi uang ke dalam pos-pos seperti makan, transportasi, hiburan, dan tabungan. Kalau pos tabungan sudah dipisah duluan, kamu tidak akan sempat “mengambilnya”.
6. Tukar Barang dengan Nilai
Jika punya barang yang sudah tidak terpakai tapi masih layak, jual lewat platform online. Uangnya bisa langsung masuk ke tabungan darurat atau investasi ringan.
7. Tanamkan Mindset: Menabung Itu Untuk Bertahan, Bukan Jadi Kaya
Banyak orang berpikir menabung itu untuk kaya. Padahal, dalam kondisi sulit, menabung adalah alat bertahan. Agar saat krisis datang, kita tidak langsung limbung. Punya dana darurat adalah bentuk “perisai ekonomi” paling sederhana tapi efektif.
Jangan pernah malu menabung Rp5.000 atau Rp10.000 per hari. Karena yang paling penting dalam menabung adalah kebiasaan, bukan besarannya.
Kalau kamu konsisten, dalam setahun saja kamu bisa punya simpanan yang bisa menyelamatkan saat dibutuhkan. Ingat, lebih baik punya tabungan kecil yang tumbuh, daripada berniat menabung banyak tapi tidak pernah mulai
Menabung Bukan Soal Kemampuan, Tapi Pilihan
Menabung memang terasa berat ketika semua harga naik. Tapi menunda menabung hanya membuat hidup lebih berat di masa depan. Jangan tunggu kaya untuk mulai menabung. Menabunglah agar kelak kamu tidak merasa miskin saat ada kebutuhan mendadak.
Sekecil apa pun yang kamu simpan, itu adalah bentuk sayangmu pada diri sendiri.
Penutup: Menyisihkan, Bukan Menyisakan
Di era harga barang naik terus, menabung bukan sekadar opsi, tapi strategi bertahan hidup. Jangan tunggu keadaan tenang untuk menabung, justru tabunganlah yang bisa menciptakan ketenangan. Mulai dari langkah kecil hari ini. Karena nanti, kamu akan berterima kasih pada dirimu sendiri yang sudah menabung meski sedang tidak mudah.