
Data pemerintah Singapura menunjukkan penutupan usaha makanan dan minuman (food and beverage/ F&B) rata-rata 307 per bulan pada 2025. Angka ini naik tinggi dari 254 pada 2024 dan 230 pada 2023 dan 2022. Bagaimana dengan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Indonesia?
Terbaru, Klub 1880 yang terletak di Robertson Quay mengumumkan mereka akan tutup secara permanen karena menurunnya jumlah pengunjung dan pengeluaran. Klub tersebut dibuka pada akhir 2017 dan menawarkan ruang kerja bersama dan ruang sosial, serta restoran, bar, dan spa.
“Pengeluaran dan frekuensi per kunjungan anggota kami telah mengalami tren penurunan. Perusahaan membutuhkan suntikan dana dan beberapa pengoptimalan efisiensi,” tulis klub tersebut dalam surel seperti dikutip dari Channel News Asia, Jumat (20/6/2025).
Dunia kuliner Singapura memang telah mengalami gelombang penutupan selama setahun terakhir, yang memengaruhi tempat usaha mulai dari warung kaki lima yang ramah anggaran hingga restoran berbintang Michelin. Meningkatnya biaya operasional dan menurunnya belanja konsumen disebut-sebut sebagai faktor utama.
Singapura sendiri turun satu peringkat dalam indeks daya saing, dan berada di posisi kedua. Lalu, bagaimana dengan kondisi Indonesia yang mengalami penurunan daya saing 13 peringkat ke posisi 40?
Kondisi UMKM di Indonesia pun tampak tidak lebih baik dari Singapura. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), rasio kredit bermasalah atau non–performing loan (NPL) di segmen ini mengalami meningkat, tetapi pertumbuhan kredit melambat.
BI juga mencatat kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia sebesar 6,6%. Namun, penyaluran kredit UMKM Mei 2025 hanya mengalami peningkatan 2,17% secara tahunan (year on year/ YoY) menjadi Rp 1.572,1 triliun. Angka ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 2,6%, merosot jauh dibandingkan 2022 yang mampu tumbuh dua digit 10,45%.
Pada sisi lain, rasio kredit bermasalah UMKM juga menunjukkan peningkatan. Tercatat kresit macet UMKM naik menjadi 4,49%, dari 4,36% pada April dan 3,76% pada Desember 2024. Tercatat, kredit bermasalah UMKM pada Mei mencapai Rp 70,58 triliun.
Jumlah nasabah kredit UMKM secara nasional per Maret 2025 mencapai 13,13 juta. Rinciannya terdiri dari 21,26 juta nasabah kredit mikro, 1,68 juta nasabah usaha kecil, dan 0,18 juta nasabah usaha menengah.