
Imam Khomeini adalah bapak bangsa dan manifestasi keramahan, kekuatan, dan keteguhan. Imam telah menghidupkan harga diri dan kekuatan bangsa ini. Hal ini disampaikan Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah Sayyid Ali Khamenei dalam acara haul peringatan wafatnya Pemimpin Agung Revolusi Islam dan Pendiri Republik Islam, Imam Khomeini.
Dalam pembicaraannya, Rahbar menjelaskan bahwa bangsa Iran telah mengenalkan kepada bangsa-bangsa lain akan model sebuah negara dan bangsa yang maju dengan Islam dan tegar dalam melawan hegemoni kekuatan asing dan berhasil menggetarkan nyali adidaya dunia. Bangsa Iran akan terus melanjutkan langkahnya menuju puncak kejayaan. Tak diragukan bahwa masa depan bangsa-bangsa Muslim dan bangsa Iran akan lebih baik dari sebelumnya.
Semakin dalam akar kemuliaan itu pada diri seseorang atau komunitas, lanjut beliau, benteng itu akan semakin sulit ditembus. Sampai akhirnya manusia atau komunitas itu akan terbentengi dari gangguan musuh paling keji yaitu setan.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menambahkan, “Imam Khomeini bukan hanya jelmaan dari harga diri dan kemuliaan tetapi beliau juga menghidupkan kemuliaan pada diri bangsa ini. Bangsa Iran belajar mengenal kehormatannya dari Imam Khomeini dan revolusi Islam. Dengan kehormatan itulah bangsa ini menyadari potensi dan kemampuannya. Bangsa ini sudah menyaksikan sendiri terlaksananya banyak janji Ilahi termasuk di antaranya kemenangan kaum tertindas atas kaum arogan.
Pemimpin Revolusi Islam Iran Imam Khomeini banyak memberikan nasihat spiritual kepada murid-muridnya. Berikut ini adalah bagian akhir dari Untaian Nasihat Spiritual Imam Khomeini yang dikutip dari Majalah Afagh terbitan Teheran.
Pertama, berserah diri kepada kebenaran. Di dunia ini, kalian sedang meniti jalan spiritual. Berbagai fase atau tingkatan spiritualitas itu kalian jalani. Pada tiap fasenya, kalian menemui berbagai kebenaran baru. Jika dalam perjalanan spiritual itu kalian memang berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menemukan penunjuk jalan, maka ketika sudah menemukan kebenaran tersebut, kalian harus berserah diri, mengikuti, dan menaatinya.
Berserah diri terhadap kebenaran baru yang kalian temukan termasuk tantangan terberat yang harus dilalui. Siapa saja yang menyerahkan diri kepada Allah dan utusan-Nya serta menaatinya sepenuh hati, maka ia dengan cepat akan sampai ke tempat tujuan.
Sikap berserah diri ini juga sebenarnya harus kalian tunjukkan dalam setiap dimensi kehidupan. Ketika sudah sampai hujjah kepada kalian atas kebenaran sesuatu, ikutilah hal itu, meskipun beberapa detailnya kalian ragukan, atau kalian benci. Yakinlah bahwa setiap ajaran agama pastilah ujungnya adalah kebaikan dan kebahagiaan hakiki.
Selama kalian masih terus memelihara sikap pembangkangan terhadap kebenaran, kalian tidak akan mungkin beranjak dari posisi spiritual yang rendah. Jika demikian, kapan kalian akan bergabung dengan kafilah spiritual para kekasih Tuhan?
Kedua, kendalikan amarahmu. Semua manusia memiliki sifat amarah dalam dirinya. Kemarahan bisa menjadi hal yang baik, tapi bisa juga menjadi hal yang buruk. Intinya ada pada pengendalian. Tanpa adanya pengendalian, amarah akan seperti kuda liar yang hanya akan menimpakan bencana kepada pengendaranya.
Dalam kehidupan sehari-hari, atau dalam sejarah yang telah berlalu, kita sudah banyak menyaksikan bagaimana kemarahan telah menjadi penyebab penderitaan dan kehancuran. Cukup banyak contoh orang yang menderita dan hancur karena kemarahan yang ada pada dirinya; karena sifat marah yang tidak coba ia kendalikan. Namun, ketahuilah bahwa lebih banyak dari itu adalah orang yang keluar dari agama Allah hanya karena marah.
Karena itu, kendalikan amarahmu. Tetaplah berpikir jernih sebelum bertindak atau berkata.
Ketiga, berputus asa adalah jebakan iblis. Iblis punya sejumlah rangkaian jebakan buat manusia. Satu persatu jebakan itu disodorkan. Salah satu jebakan pertama adalah penanaman sifat sombong. Ada manusia yang gagal melewati jebakan ini, tapi ada juga yang berhasil. Bagi yang berhasil melewati jebakan ini, iblis lalu menyodorkan jebakan kedua, yaitu sifat putus asa. Iblis akan menyeret manusia ke dalam keputusasaan dari rahmat Allah sampai orang itu punya keyakinan dalam hatinya bahwa keburukan yang ada pada dirinya sudah menjadi keterlanjuran, dan tidak mungkin baginya untuk menjadi orang baik.
Ketahuilah bahwa putus asa bersumber dari setan, sementara harapan bersumber dari Allah. Maka, senantiasa berharaplah kepada Allah. Sebanyak apa pun dosa dan kesalahan yang telah engkau lakukan, tetap masih lebih luas ampunan dan rahmat Allah.
Perhatikanlah beberapa perilaku kalian sehari-hari. Ada beberapa kebiasaan yang kalian sendiri menilainya sebagai perilaku buruk, akan tetapi tetap saja kalian lakukan. Terkadang, alasan yang muncul adalah: Itu sudah terlanjur menjadi kebiasaan, dan aku tidak bisa mengubahnya.
Jika kalian punya pemikiran seperti itu, ketahuilah bahwa pemikiran itu datangnya dari setan. Lawanlah, karena setan adalah musuh kalian, dan setan tak pernah menghendaki kebaikan kalian.
Keempat, berdoa terus kepada Allah. Jangan pernah meremehkan doa. Terlepas dari apakah doa kita nantinya akan dikabulkan atau tidak (walaupun banyak dalil yang menyatakan secara jelas bahwa doa itu pasti akan diijabah oleh Allah), yang pasti doa adalah simbol penghambaan. Karena itu, Allah sangat menyukai para pendoa. Sebaliknya, orang yang lalai berdoa digolongkan ke dalam kelompok orang yang sombong dan diancam dengan nyala api neraka abadi.
Berdoalah terus kepada Allah, karena doa sering menjadi satu-satunya senjata bagi seorang hamba, khususnya para pecinta Ahlulbait Nabi. Ingatlah bahwa menjadi pengikut Ahlulbait merupakan kontrak yang seseorang harus siap dengan beragam godaan dan cobaan. Untuk menghadapi cobaan itu, senjata yang sangat berharga adalah hubungan dengan Allah melalui sarana doa.
Kelima, syukuri nikmat-nikmat Tuhan. Ketahuilah bahwa mensyukuri nikmat Allah, baik nikmat lahir maupun nikmat batin, adalah salah satu dari tugas penghambaan. Ini artinya, bersyukur harus dilakukan oleh setiap orang sesuai dengan kemampuannya, meskipun pada akhirnya tidak ada satu makhluk pun yang bisa melakukannya secara sempurna.
Keenam, lembutkan hati, tebarkan kasih sayang. Pada dasarnya, manusia dilahirkan dalam keadaan suci. Allah bahkan membekalinya dengan sejumlah pengetahuan tentang kebenaran dan kebaikan. Karena itu, sebenarnya tidak perlu ada kesulitan sama sekali untuk menarik hati masyarakat kepada kebaikan serta menahan mereka dari perbuatan jahat, bila hal itu dilakukan dengan kelembutan, kasih sayang, dan rasa persaudaraan. Bila dalam urusan-urusan duniawi diperlukan kelembutan dan rasa persaudaraan, maka dalam urusan agama pun, senjata yang diperlukan adalah hal yang sama.
Akan tetapi, bersifat lemah lembut bukan berarti lemah hati. Dalam menghadapi kemungkaran yang sudah keluar dari batasnya, kita harus bersifat tegas. Dalam menghadapi ujian dan musibah, kita juga tidak boleh cengeng meratapi segalanya. Kita harus bersikap tegar dan gigih.