
Kunjungan resmi Presiden RI Prabowo Subianto ke Beijing atas undangan Presiden China Xi Jinping, menuai respons positif dari berbagai kalangan.
Para pengamat menilai kehadiran Prabowo di Negeri Tirai Bambu bukan hanya bermakna simbolik, tetapi juga sarat makna diplomatik, ekonomi, dan langkah strategis bagi Indonesia di tengah dinamika global yang terus berkembang.
Pengamat Hubungan Internasional, Dinna Prapto Raharja menyebut kehadiran Presiden Prabowo di Beijing menunjukkan posisi Indonesia sebagai negara middle power yang aktif dalam percaturan global.
“Presiden ingin mendengar langsung posisi negara-negara besar di tengah dinamika global yang tegang,” jelas Dinna kepada wartawan di Jakarta, Kamis (4/9/2025).
Dinna berharap kunjungan ini juga menjadi dasar untuk menjaga ketenangan dunia internasional.
“Harapan saya, Presiden menindaklanjuti dengan menjaga situasi global tetap tenang dan tidak terprovokasi dengan retorika keras,” tambahnya.
Dari perspektif ekonomi, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menilai kehadiran Presiden Prabowo sebagai langkah strategis mengingat pentingnya posisi Tiongkok dalam perekonomian Indonesia.
“China adalah investor dan mitra dagang signifikan bagi Indonesia. Kesempatan ini bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki kualitas kerja sama, mulai dari tenaga kerja hingga investasi hilirisasi,” jelas Bhima.
Pengamat Kebijakan Publik dan Akademisi Universitas Trisakti, Trubus Rahardiansah, menilai keputusan Prabowo untuk berangkat ke Beijing di tengah dinamika nasional sebagai langkah terukur yang menunjukkan kapasitas kepemimpinan.
“Undangan Xi Jinping ini bukan hal biasa. Dari sisi Indonesia, langkah ini menegaskan bahwa kita adalah pemain aktif dalam diplomasi global,” imbuhnya.
Trubus juga menegaskan Prabowo tidak gegabah dalam mengambil keputusan.
“Keputusan berangkat diambil setelah memastikan kondisi dalam negeri terkendali, dialog dengan tokoh agama digelar, serta aspirasi rakyat didengar,” lanjut Bhima.
Ia mengaitkan hal ini dengan konsep stabilitas politik menurut Huntington, yakni kemampuan negara merespons dinamika sosial secara cepat.
Lebih jauh, ia menyoroti makna simbolik dari posisi duduk sejajar antara Prabowo, Xi Jinping, dan Vladimir Putin dalam parade kenegaraan.
“Itu bukan sekadar tata tempat, melainkan simbol pengakuan global atas posisi Indonesia,” jelas Trubus.
Menurutnya, hanya Presiden Indonesia yang mendapat pertemuan bilateral khusus dengan Xi Jinping.
“Itu privilege diplomatik yang jarang diberikan,” tegasnya.
Dengan menggunakan kerangka two-level game theory dari Robert Putnam, Trubus menyimpulkan kunjungan ini mengirim dua pesan sekaligus. “Ke dalam negeri: Indonesia mampu menjaga stabilitas. Ke luar negeri: Indonesia adalah aktor penting yang tak bisa diabaikan. Legitimasi domestik dan internasional bertemu di sini,” pungkasnya.
Sebelumnya Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi membenarkan kunjungan ini merupakan undangan langsung dari Presiden Xi Jinping.
“Ini bukan sekadar urusan protokol, melainkan sebuah kehormatan diplomatik yang langka,” tegas Prasetyo.