Sabtu, 7 Juni 2025

Tren Baru di AS “Kabur Aja Dulu” , Apa Sebabnya ?

Penumpang mengantre di pemeriksaan bagasi di terminal utama Bandara Internasional Denver di Denver

 

Jumlah warga Amerika Serikat yang mengajukan permohonan kewarganegaraan Inggris mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah pada periode Januari hingga Maret 2025, bertepatan dengan awal masa jabatan kedua Presiden Donald Trump.

Data resmi dari Kementerian Dalam Negeri Inggris (UK Home Office) yang dirilis baru-baru ini menunjukkan bahwa sebanyak 1.931 warga AS mengajukan permohonan menjadi warga negara Inggris, angka tertinggi sejak pencatatan dimulai pada tahun 2004.

Jumlah tersebut mengalami kenaikan 12% dibandingkan kuartal sebelumnya, yang juga mencatat lonjakan tajam tepat setelah terpilihnya kembali Trump pada pemilu presiden November 2024. Gelombang permohonan ini dinilai mencerminkan ketidaknyamanan sejumlah warga AS terhadap kondisi politik dan sosial di tanah air mereka.

Tak hanya permohonan kewarganegaraan, permintaan warga AS untuk menetap secara permanen di Inggris-yang memberikan hak tinggal, bekerja, dan belajar tanpa batas waktu-juga mencatat rekor baru. Pada 2024, lebih dari 5.500 warga AS diberikan status menetap (settled status), meningkat sekitar 20% dibandingkan tahun 2023.

Status menetap ini sering kali menjadi pintu masuk bagi permohonan kewarganegaraan setelah beberapa tahun tinggal di Inggris.

Menurut pejabat Home Office, tren ini mencerminkan peningkatan signifikan dalam keinginan warga AS untuk secara resmi meninggalkan negara asal mereka demi membangun kehidupan baru di Eropa.

Kondisi ini bukan kali pertama terjadi. Lonjakan permohonan kewarganegaraan oleh warga AS juga tercatat pada 2020, ketika Donald Trump menjabat untuk pertama kalinya dan dunia tengah dilanda pandemi Covid-19. Kala itu, banyak warga AS menyatakan kekecewaannya terhadap penanganan pandemi dan iklim politik dalam negeri.

Pada paruh pertama 2020 saja, lebih dari 5.800 warga AS tercatat melepaskan kewarganegaraannya, hampir tiga kali lipat dari total sepanjang 2019. Data tersebut dikumpulkan oleh Bambridge Accountants, firma pajak lintas batas yang berbasis di New York dan London.

“Sebagian besar dari mereka sebenarnya sudah tinggal di luar AS dan akhirnya memutuskan bahwa mereka sudah cukup dengan semua yang terjadi,” kata Alistair Bambridge, mitra dari Bambridge Accountants, dalam wawancara dengan CNN.

Ia menambahkan bahwa selain ketidakpuasan politik dan pandemi, alasan lain yang sering disebut adalah beban pajak AS, yang terus diberlakukan meskipun seseorang telah tinggal di luar negeri.

Di sisi lain, keinginan warga AS untuk berpindah ke Eropa kini dihadapkan pada aturan yang semakin ketat. Perdana Menteri Inggris Keir Starmer pekan lalu menyatakan bahwa pemerintahannya akan memperketat persyaratan bagi migran legal, termasuk memperpanjang masa tunggu sebelum seseorang bisa mengajukan kewarganegaraan.

Langkah serupa juga diambil Italia awal pekan ini, yang secara resmi menghapus jalur kewarganegaraan berdasarkan garis keturunan kakek-nenek buyut-jalur yang sebelumnya banyak dimanfaatkan oleh warga AS keturunan Italia.

Selain itu, Roma juga telah memperketat kebijakan visa bagi warga negara non-Uni Eropa.

Sebelumnya, Reuters juga melaporkan peningkatan jumlah warga Amerika yang mempertimbangkan untuk pindah ke Eropa setelah terpilihnya Trump.

“Permohonan paspor Irlandia di AS mencapai level tertinggi dalam satu dekade pada dua bulan pertama tahun ini. Rata-rata permohonan bulanan pada bulan Januari dan Februari yang hampir mencapai 4.300 naik sekitar 60% dari tahun lalu,” menurut data dari Departemen Luar Negeri Irlandia.

Di Prancis, data pemerintah menunjukkan bahwa permintaan visa jangka panjang dari warga Amerika mencapai 2.383 dalam tiga bulan pertama tahun 2025, dibandingkan dengan total 1.980 pada periode yang sama tahun lalu. Dari Januari hingga Maret, otoritas Prancis telah memberikan 2.178 visa jangka panjang dibandingkan dengan 1.787 pada tahun sebelumnya.

 

Berita Terkait