
Di balik geliat skena musik independen Tanah Air, ada satu nama yang tak bisa dilewatkan, Ricky Siahaan. Lahir dengan nama lengkap Ricardo Bisuk Juara Siahaan di Tanjung Pandan, Belitung, pada 5 Mei 1976, publik lebih mengenalnya sebagai sosok gitaris dengan sentuhan produksi yang memikat. Buat Ricky, musik bukan sekadar hobi itu panggilan hidup.
Karier musiknya dimulai dari band hardcore Buried Alive, lalu naik level bareng Stepforward pada 1999. Di sinilah semangat profesionalisme Ricky mulai terbentuk dari urusan panggung sampai manajemen band, semua digarap serius.
Dari Stepforward pula, chemistrynya dengan Arian13 (eks vokalis Puppen) mulai menguat. Kolaborasi mereka akhirnya melahirkan band Seringai pada 2002, yang kemudian jadi salah satu ikon musik keras Indonesia.
Tapi Ricky bukan sekadar gitaris Seringai. Ia juga sosok di balik layar sebagai komposer dan produser dari album-album legendaris seperti High Octane Rock, Serigala Militia, Taring, hingga Seperti Api semuanya jadi saksi betapa tajamnya kreativitas Ricky.
Salah satu momen paling monumental? Saat Seringai dipercaya jadi pembuka konser Metallica di Stadion Gelora Bung Karno, 2013. Itu bukan cuma pencapaian besar, tapi mimpi masa kecil Ricky yang akhirnya jadi kenyataan.
Ricky juga sempat membentuk band death metal Deadsquad bersama Stevie Item pada 2006. Sayangnya, karena jadwal yang super padat, ia memilih mundur. Tapi kontribusinya sudah meninggalkan jejak penting di skena musik ekstrem.
Tak cuma di dunia musik, Ricky Siahaan juga berpengaruh di industri film. Ia adalah manajer dari aktor laga internasional Iko Uwais, bintang The Raid dan berbagai film Hollywood. Ricky lah yang membantu Iko menembus pasar global, sembari tetap aktif di jalur musik.
Jejak karier Ricky juga menembus dunia media. Tahun 2002, ia memulai langkah sebagai produser radio di MTV On Sky (kini Trax FM). Lalu pada 2005, bergabung dengan Rolling Stone Indonesia sebagai editor dan naik jabatan hingga jadi managing editor. Setelah majalah itu tutup pada 2017, Ricky sempat rehat, sebelum kembali ke media sebagai CEO Whiteboard Journal pada Juli 2023.
Kepergian Ricky begitu mengagetkan sekaligus menyayat. Ia meninggal dunia setelah menyelesaikan tur lima titik bersama Seringai di Taiwan dan Jepang. Tur ini dimulai 11 April di Taichung, lalu berlanjut ke Taipei dan Kaohsiung, sebelum mereka menyeberang ke Jepang dan tampil di dua venue Tokyo serta festival musik ekstrem Gekiko Fest.
Meski ini baru tur perdana mereka ke Taiwan dan kedua kalinya ke Jepang, sambutan yang diterima luar biasa. Bahkan di Tokyo, mereka sempat reuni dengan kawan-kawan lama dari komunitas musik ekstrem lokal.
Kini, panggung musik harus merelakan salah satu pejuang terbaiknya. Ricky Siahaan bukan hanya gitaris hebat, tapi juga teladan tentang dedikasi, integritas, dan semangat berkarya tanpa kompromi. Ia meninggalkan warisan yang akan terus menginspirasi generasi musisi selanjutnya.
Ricky Siahaan Meninggal Dunia
Dunia musik Indonesia berduka atas kepergian Ricky Siahaan, gitaris dan salah satu pendiri band rock Seringai. Ricky meninggal dunia pada Sabtu, 19 April 2025, setelah tampil bersama Seringai dalam tur mereka di Jepang. Kabar duka ini pertama kali disampaikan oleh jurnalis dan komika Soleh Solihun melalui akun X (sebelumnya Twitter), yang menulis.
“Selamat jalan @RickySiahaan semoga kamu diterima di sisi Tuhan,” ujar Soleh Solihun. Seringai diketahui sedang menjalani tur lima titik di Taiwan dan Jepang, dengan penampilan terakhir mereka di Gekikofest, Tokyo, pada 19 April 2025. Ricky disebut-sebut meninggal dunia setelah penampilan tersebut, diduga karena serangan jantung.