Sabtu, 9 Agustus 2025

ION Network luncurkan Cloud Nusantara dukung kedaulatan digital

Peluncuran Cloud Nusantara. (dok. ION Network)

 

Teknologi yang terus berkembang membawa banyak perubahan bagi kehidupan manusia. Berbagai pengembangan terus dilakukan untuk mengakomodasi kebutuhan manusia, salah satunya adalah melalui teknologi cloudatau komputasi awan.

Tak bisa dimungkiri bahwa sebagian besar pemain cloud di Indonesia berasal dari luar negeri. Hal tersebut  layanan membuat data pribadi, mulai dari identitas hingga kebiasaan belanja tersimpan dan dapat diakses di pusat penyimpanan yang ada di luar negeri. 

Menyadari hal tersebut, ION Network mengambil inisiatif melalui peluncuran Cloud Nusantara, layanan cloud lokal yang dikembangkan oleh anak bangsa. Teknologi tersebut resmi diluncurkan di Jakarta, Jumat, 25 April 2025.

Bersamaan dengan peluncuran tersebut, ION Network menggelar diskusi panel dengan beberapa pakar IT (Teknologi Informasi) terkemuka untuk berbagi pengetahuan seputar cloud, serta pameran yang menampilkan kemajuan terbaru dalam teknologi dan inovasi. 

Chief Marketing Officer ION Network, Ricky Simanjuntak, berharap bahwa Cloud Nusantara bukan hanya layanan teknologi baru, tetapi juga menjadi bagian dari gerakan menuju pelestarian digital nasional. Layanan ini dikembangkan sepenuhnya di Indonesia, dengan infrastruktur dalam negeri dan tenaga ahli lokal, serta mematuhi regulasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).  Ia menambahkan, Cloud Nusantara adalah kelanjutan logistik dari apa yang sudah mereka bangun sebelumnya.

“Kami memiliki jaringan kabel optik, kami punya data center. Jadi kami pikir, kenapa tidak sekalian membangun layanan cloud? Pasar cloud besar, tapi masih banyak yang menguasai pemain asing,” tegas Ricky di Jakarta, Jumat, 25 April 2025.

Untuk diketahui, ION Network memiliki infrastruktur yang cukup luas, terutama di Pulau Jawa, dan kini sedang memperluas jaringannya hingga Sumatera. Bahkan menurut data yang disebutkan oleh Asosiasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi (APJATEL), jaringan ION telah masuk dalam 10 besar nasional, sebuah pencapaian luar biasa untuk perusahaan lokal.

Salah satu pembeda Cloud Nusantara dari layanan cloud lainnya ialah segmennya. Jika pemain besar luar negeri cenderung menyasar korporasi, ION Network justru ingin menjangkau semua kalangan mulai dari pelaku UMKM dan startup, pelajar, pelajar, profesional IT, software house, hingga perusahaan skala besar (enterprise dan manufaktur) bahkan komunitas hobi digital.

“Kami ingin semua kalangan masyarakat bisa pakai. Harganya terjangkau, kualitasnya bisa diadu. Ini bukan soal bersaing dengan asing, tapi soal hadir untuk bangsa sendiri,” lanjutnya.

ION Cloud hadir dengan berbagai fitur unggulan, seperti portal self-service yang memungkinkan pengguna untuk melakukan registrasi dan memilih layanan cloud secara mandiri. Layanan ini juga mendukung berbagai sistem operasi, termasuk Linux dan Windows.

Produk cloud yang ditawarkan mencakup layanan Compute, Storage, serta berbagai layanan tambahan lainnya. Dengan harga yang kompetitif mulai dari Rp139.000 per bulan, ION Cloud menawarkan paket fleksibel yang bisa dipilih sesuai kebutuhan, baik secara on-demand, dengan kontrak satu tahun, hingga tiga tahun dengan potongan harga untuk jangka panjang.

Kehadiran Cloud Nusantara disambut baik oleh Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (APTIKNAS), Soegiharto Santoso. Ia menilai bahwa cloud telah menjadi bagian integral dari sistem digital di berbagai sektor, seperti keuangan, pendidikan, hingga pemerintahan. 

Cloud lokal adalah kebutuhan mendesak untuk menjaga keamanan data Indonesia,” ungkap Soegiharto.

APTIKNAS yang telah berdiri selama 34 tahun dan memiliki lebih dari 2000 anggota di seluruh Indonesia, sangat mendukung upaya Cloud Nusantara dalam memperkuat integritas digital Indonesia. Menurut Ir. Soegiharto Santoso atau akrab yang disapa Bapak Hoky, dengan hadirnya UU Perlindungan Data Pribadi, kini saatnya pemerintah mendukung lebih banyak data center lokal agar data masyarakat Indonesia tetap terjaga di dalam negeri.

“Cloud Nusantara bisa menjadi pionir dalam membangun industri cloud lokal. Kalau kita pakai sistem asing, kita bayar mahal dan data kita berisiko. Tapi kalau kita bangun sendiri, kita bisa lebih efisien, data terjaga, dan ekonomi nasional tumbuh. QRIS dan GPN kita sudah buktikan itu. Sekarang giliran cloud lokal unjuk gigi,” lanjutnya lagi Hoky. 

Pada saat yang sama, Jerry Siregar selaku Ketua Umum APJATEL menyatakan bahwa peluncuran Cloud Nusantara merupakan bagian dari strategi besar untuk membangun konektivitas digital dan konektivitas nasional. Menurut Jerry, untuk mencapai kedaulatan digital, infrastruktur yang kuat seperti jaringan fiber optic, data center, dan cloud lokal sangatlah penting. 

Jerry juga mencatat bahwa meskipun Indonesia memiliki lebih dari 800.000 km jaringan serat optik, namun baru 30-40% wilayah yang terjangkau. Pemerintah sendiri menargetkan seluruh wilayah Indonesia bisa terkoneksi internet pada tahun 2029. 

Ia menambahkan bahwa hingga saat ini, penetrasi pengguna internet di Indonesia sudah mencapai sekitar 82% secara nasional, dari total populasi sekitar 282 juta jiwa. Namun, ia mencatat masih ada kesenjangan dalam penetrasi internet, terutama di daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar (3T).

Berita Terkait