
Menteri Agama (Menag) KH Nasaruddin Umar menerima Duta Besar (Dubes) Suriah untuk Indonesia, Abdul Munim Annan, di Kantor Pusat Kementerian Agama, Jakarta, Kamis (9/10).
Dalam pertemuan itu, Dubes menyampaikan rencana kunjungan Menteri Wakaf Suriah, Mohammad Abu Al-Khair Shukri, ke Indonesia untuk belajar mengelola keberagaman dan memperkuat Islam moderat.
Dubes Abdul Munim menjelaskan, kunjungan tersebut dijadwalkan berlangsung pada akhir Oktober 2025. Menurutnya, Suriah ingin belajar langsung dari pengalaman Indonesia dalam menjaga harmoni sosial dan menerapkan nilai-nilai Pancasila di tengah masyarakat yang plural.
“Menteri Wakaf Suriah ingin datang ke Indonesia untuk belajar dari pengalaman Indonesia, khususnya tentang Pancasila dan bagaimana Indonesia bisa menjaga keberagaman serta membangun Islam moderat di tengah pluralitas,” ujar Abdul Munim.
Ia menambahkan, kunjungan itu tengah difinalisasi antara tanggal 20 hingga 30 Oktober 2025. Menurut Dubes, hal ini menjadi momentum penting bagi Suriah yang kini tengah berupaya keluar dari bayang-bayang konflik berkepanjangan.
“Dengan berakhirnya kekuasaan tiran dan digantikan oleh presiden baru di Suriah, Presiden Ahmed al-Sharaa ingin membangun hubungan yang baik dan damai dengan seluruh negara, serta memperkuat Islam moderat,” jelasnya.
Abdul Munim menegaskan, pemerintahan baru di bawah Presiden Ahmed al-Sharaa bertekad meneguhkan perdamaian dan menekan pengaruh ekstremisme agama. Ia menyebut rakyat Suriah kini lelah dengan konflik dan mendambakan kehidupan normal serta damai.
“Presiden Ahmed al-Sharaa kini menjadi pemimpin arus utama Islam moderat di Suriah. Ia menghadapi tantangan besar karena masih ada kelompok bersenjata yang terpengaruh fatwa ekstrem, seperti pemikiran Ibnu Taimiyah yang ditafsirkan sempit, hingga mengkafirkan Syiah, Alawi, bahkan sesama Muslim,” pungkasnya.
Menanggapi rencana itu, Menteri Agama Nasaruddin Umar menyambut baik niat pemerintah Suriah untuk belajar dari Indonesia. Ia menyatakan kesiapan Indonesia berbagi pengalaman dalam membangun toleransi antarumat beragama.
“Kita memiliki visi yang sama, membangun kehidupan umat yang damai, rukun, dan penuh toleransi,” kata KH Nasaruddin.
Menurut Nasaruddin, pengalaman panjang bangsa Indonesia dalam mengelola keberagaman merupakan bukti nyata penerapan nilai-nilai Islam yang ramah, damai, dan sejalan dengan Pancasila.