Direktur Utama PT PLN (Persero), Darmawan Prasodjo
Direktur Utama PT PLN (Persero), Darmawan Prasodjo menegaskan bahwa penyediaan energi yang terjangkau (affordable energy) menjadi prioritas utama perusahaan di tengah kondisi global yang penuh tekanan.
Menurutnya, dengan kontraksi pasar, fluktuasi harga komoditas, hingga disrupsi teknologi, PLN melihat kebutuhan energi murah sebagai fondasi penting untuk menjaga daya saing Indonesia.
“Nah, tentu saja saya sebagai Direktur Utama PT PLN Persero mendapatkan tugas yang berat. How are we going to be able to provide affordable energy. Kenapa? Karena dengan adanya affordable energy ini akan ada investasi baru,” kata Darmawan dalam PLN CEO Forum, di ICE BSD, Tangerang Selatan, Rabu (26/11).
Energi terjangkau menurutnya tidak hanya soal efisiensi, tetapi berkaitan langsung dengan kemampuan Indonesia menarik investasi baru. Investor membutuhkan kepastian bahwa biaya energi tidak menjadi beban berat bagi operasi mereka. Oleh karena itu, PLN terus melakukan transformasi dan inovasi untuk menekan biaya produksi listrik.
Ia menekankan bahwa optimisme pemerintah yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto dan kekompakan lintas lembaga menjadi modal besar untuk menjalankan agenda energi terjangkau ini.
“Kita hari ini punya suatu keyakinan dengan kepemimpinan dari Bapak Presiden Prabowo Subianto. Di mana Kabinet Merah Putih juga kompak. Hubungan dengan DPR juga kompak. Hubungan dengan MPR juga kompak,” ujarnya.
Investasi Masuk, Lapangan Kerja Tercipta
Lebih lanjut, Darmawan menjelaskan bahwa energi murah akan membuka peluang investasi yang pada akhirnya menciptakan lapangan kerja dalam jumlah besar.
Ia menilai bahwa siklus antara energi terjangkau, masuknya modal, dan peningkatan kesejahteraan rakyat harus diperkuat agar ekonomi Indonesia terus tumbuh.
“Dari investasi baru ini akan menciptakan lapangan kerja. Memerangi kemiskinan, memerangi kelaparan, menciptakan kemakmuran dan juga mengakselerasi pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Optimisme Tinggi
Meski memiliki agenda besar, Darmawan mengakui bahwa penyediaan energi terjangkau bukan tantangan mudah. PLN harus tetap menurunkan emisi gas rumah kaca sesuai arahan pemerintah, sekaligus menjalankan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang menargetkan 76 persen pembangunan pembangkit berbasis energi baru terbarukan dan nuklir.
Di sisi lain, PLN membutuhkan investasi sekitar Rp3.000 triliun dalam 10 tahun ke depan untuk memastikan suplai energi tetap kompetitif dan berkelanjutan. Untuk memenuhi kebutuhan itu, pembangunan ekosistem investasi yang kondusif menjadi kunci.
“Dalam hal ini kami membutuhkan investasi sekitar Rp3.000 triliun selama 10 tahun. Dan untuk itu kita perlu membangun suatu ekosistem yang pundusif untuk berinvestasi,” pungkasnya.






