Minggu, 12 Oktober 2025

Presiden Prabowo Gelar Pertemuan Penting di Istana

Presiden Prabowo Subianto menggelar dialog terbuka di Istana

 

Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, baru-baru ini menggelar pertemuan penting. Dialog tersebut berlangsung di Istana Negara, Jakarta, pada hari Senin (1/9) sejak sore hingga malam hari.

Pertemuan ini mempertemukan Presiden dengan pimpinan organisasi kemasyarakatan dan tokoh lintas agama. Perwakilan konfederasi serikat buruh serta pimpinan partai politik juga turut hadir dalam kesempatan tersebut.

Dalam dialog terbuka ini, Presiden Prabowo Subianto secara langsung dengar aspirasi dan kritik. Isu-isu yang dibahas meliputi sikap pejabat arogan, pentingnya ruang demokrasi, dan gaya hidup hedon pejabat.

Tuntutan Prioritas dari Serikat Buruh

Kelompok buruh menjadi salah satu suara penting yang didengar dalam dialog tersebut. Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), Andi Gani Nena Wea, menyampaikan beberapa tuntutan mendesak. Salah satunya adalah percepatan pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) Perampasan Aset.

Selain itu, RUU Ketenagakerjaan juga menjadi prioritas yang harus segera disahkan oleh DPR RI bersama pemerintah. Andi Gani menekankan bahwa kedua RUU ini merupakan tuntutan utama dari masyarakat, termasuk kelompok buruh, untuk menciptakan keadilan.

Senada dengan itu, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal turut menyampaikan aspirasinya. Ia menegaskan pentingnya ruang bagi aksi unjuk rasa sebagai satu-satunya cara bagi kelompok bawah untuk menyampaikan aspirasi. Terutama ketika lembaga formal dirasa lambat merespons suara rakyat.

Said Iqbal menambahkan bahwa demonstrasi harus tetap konstitusional dan anti-kekerasan. Presiden Prabowo Subianto menyatakan persetujuannya terhadap prinsip tersebut. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk menjaga kebebasan berpendapat.

Kritik Terbuka dari Tokoh Lintas Agama

Tidak hanya dari kelompok buruh, kritik dan masukan juga datang dari tokoh lintas agama. Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Pendeta Jacklevyn Frits Manuputty, menilai dialog berlangsung sangat terbuka dan transparan. Ini memberikan kesempatan bagi semua pihak untuk berbicara tanpa ragu.

Jacky, sapaan akrab Pendeta Jacklevyn, mengungkapkan beberapa isu krusial yang dibahas. Mereka membicarakan tentang pajak yang memberatkan rakyat dan isu korupsi yang masih merajalela. Perilaku kepongahan dan gaya hidup pamer (flexing) pejabat di ruang elite juga menjadi sorotan tajam.

Kenaikan tunjangan DPR juga tidak luput dari pembahasan dalam pertemuan tersebut. Pendeta Jacklevyn menyebut bahwa Ketua DPR, Puan Maharani, yang turut hadir, juga menanggapi isu-isu ini. Ini menunjukkan adanya dialog dua arah yang konstruktif.

Pertemuan yang menjadi momen silaturahim ini ditutup dengan doa bersama. Masing-masing pemuka agama yang hadir memanjatkan doa sesuai keyakinan mereka. Hal ini mencerminkan semangat kebersamaan dan persatuan dalam keberagaman.

Berita Terkait