
Sekolah Rakyat belum genap sebulan beroperasi. Tetapi, ratusan guru dan siswa memilih mundur. Hal tersebut menimbulkan keraguan publik atas kesiapan dan efektivitas program dalam menjawab kebutuhan pendidikan bagi keluarga miskin.
Kementerian Sosial (Kemensos) sendiri mencatat ada 140–160 guru yang mundur dari Sekolah Rakyat. Mayoritas merasa keberatan karena lokasi tugas yang terlalu jauh dari domisili.
Mensos Saifullah Yusuf atau yang lebih sering disebut Gus Ipul membenarkan hal itu. Ia bahkan memastikan pengganti guru sudah disiapkan.
Guru pengganti yang dimaksud berasal dari tenaga pendidik bersertifikat Pendidikan Profesi Guru (PPG). Menurutnya, operasional program tetap berjalan sesuai rencana, terlepas dari tantangan yang muncul di awal pelaksanaannya.
Lantas mengapa banyak guru dan siswa mundur dari Sekolah Rakyat? “Ini karena sejumlah siswa merasa tidak terbiasa harus tinggal jauh dari keluarga, atau homesick,” jelas Gus Ipul.
Untuk mengatasi hal itu, pemerintah menyiapkan psikolog dan pendekatan persuasif guna mendukung proses adaptasi mereka.
Di lain sisi, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasemen) Abdul Mu’ti turut merespons isu pengunduran diri massal itu.
“Soal guru itu, kemarin sudah dilaporkan ke Pak Presiden,” jelasnya pada Jumat, 1 Agustus 2025.
Abdul Mu’ti menegaskan kembali bahwa jarak domisili menjadi penyebab utama pengunduran diri guru, bukan isu upah.
Ia juga membuka kemungkinan adanya alasan lain yang belum terungkap.
Sementara posisi yang kosong telah diisi oleh guru pengganti, proses rekrutmen tetap berjalan untuk memenuhi kebutuhan Sekolah Rakyat.
Pemerintah menyatakan komitmennya untuk melanjutkan program Sekolah Rakyat bagi anak-anak kurang mampu.
Meskipun ada kendala, mereka yakin dapat mengatasi hal-hal tersebut dengan baik. Penyiapan guru pengganti dan pendekatan personal jadi strategi utama.