Selasa, 10 Juni 2025

Sejarah Perjuangan RA Kartini Dalam Emansipasi Wanita

Foto: RA. Kartini

 

Memperingati Hari Kartini yang jatuh setiap tanggal 21 April, sudahkah Moms mengenal sejarah Raden Ajeng Kartini dan perjuangannya?

Lahir pada masa penjajahan Belanda, Kartini dikenal sebagai pelopor emansipasi yang berani menyuarakan pentingnya pendidikan dan kesetaraan bagi kaum perempuan. Pemikirannya yang tertuang dalam surat-suratnya masih relevan hingga kini, menjadikannya simbol perubahan dan inspirasi bagi generasi penerus.

Melalui sejarah hidup dan perjuangannya, kita bisa melihat betapa besar pengaruh Kartini dalam membentuk kesadaran akan peran perempuan dalam masyarakat.

Sejarah Hari Kartini

Hari Kartini diperingati setiap 21 April untuk mengenang kelahiran Raden Ajeng Kartini, pelopor emansipasi perempuan di Indonesia. Kartini dikenal karena perjuangannya dalam memperjuangkan hak pendidikan bagi perempuan pada masa penjajahan Belanda.

Gagasan dan pemikirannya dituangkan dalam surat-surat yang kemudian dibukukan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang. Raden Ajeng Kartini resmi diangkat sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Soekarno pada tahun 1964 melalui Keputusan Presiden No.108 Tahun 1964.

Penghargaan ini diberikan atas jasanya sebagai pelopor emansipasi perempuan dan perjuangannya dalam memperjuangkan hak pendidikan serta kesetaraan bagi kaum wanita di masa penjajahan. Dalam keputusan yang sama, tanggal 21 April ditetapkan sebagai Hari Kartini dan diperingati setiap tahun untuk mengenang semangat dan pemikiran Kartini yang menginspirasi perjuangan perempuan Indonesia.

Peran Kartini sebagai Pelopor Keseteraan Gender

R.A. Kartini berperan sebagai pelopor kesetaraan gender di Indonesia karena berani menyuarakan hak perempuan untuk mendapat pendidikan dan kebebasan berpikir di masa penjajahan, saat perempuan masih dibatasi ruang geraknya.

Melalui surat-suratnya, Kartini mengkritik ketidakadilan terhadap perempuan dan mendorong perubahan agar perempuan bisa setara dengan laki-laki dalam hal ilmu dan peran sosial. Gagasan inilah yang menjadi dasar perjuangan emansipasi perempuan di Indonesia.

Perjuangan Kartini dalam Emansipasi Perempuan

1. Menulis Surat sebagai Bentuk Perlawanan Intelektual

Kartini menuliskan isi pikirannya tentang ketidakadilan gender, kebebasan perempuan, dan pentingnya pendidikan dalam bentuk surat kepada sahabat penanya di Belanda, seperti Rosa Abendanon dan Estelle Zeehandelaar (Stella).

Isi surat-suratnya sangat kuat dan tajam secara pemikiran, bahkan menentang budaya patriarki yang sudah mengakar. Surat-surat itu kemudian dikumpulkan oleh Mr. J. H. Abendanon dan diterbitkan pada tahun 1911. Surat tersebut disatukan pada sebuah buku yang bernama Door Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang).

2. Mendirikan Sekolah

Salah satu upaya Kartini dalam memperjuangkan pendidikan perempuan Indonesia adalah dengan mendirikan sekolah.

Melansir laman Dinas Kebudayaan Yogyakarta sekolah Kartini (khusus perempuan atau sekolah keputrian) pertama kali didirikan di daerah Semarang pada tahun 1913 oleh Yayasan Van Deventer, Van Deventer adalah suami Nyonya Abendanon) di bawah naungan Yayasan Kartini.

 

Sayangnya, perjuangan R.A. Kartini harus berhenti di usianya yang masih terbilang muda, yakni 25 tahun. R.A. Kartini meninggal beberapa hari setelah melahirkan karena sakit yang dideritanya. Ia dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.

Kartini meninggal dunia dengan bahagia seperti yang tertulis pada suratnya untuk Nyonya Abendanon: “Walaupun saya tidak beruntung sampai ke ujung jalan itu, walaupun saya akan patah di tengah jalan, saya akan mati dengan bahagia. Jalan sudah terbuka dan saya telah turut merintis jalan yang menuju kebebasan dan kemerdekaan perempuan Bumiputra.”

Sangat menginspirasi bukan? Meskipun sudah tiada, ajaran dan perjuangan R.A. Kartini tentu sangat memberi pengaruh besar hingga detik ini pada seluruh perempuan di Indonesia. Selamat Hari Kartini untuk seluruh perempuan hebat di Tanah Air!.

 

 
 

 

Berita Terkait