
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro mengatakan, munculnya isu “matahari kembar” dalam pemerintahan merupakan alarm politik bagi Presiden Prabowo.
Sebab, menurut Agung, isu tersebut bisa menjadi bayang-bayang yang akan mengganggu jalannya pemerintahan ke depan. Terutama, terkait loyalitas dari para pembantu Presiden.
“Perihal ‘matahari kembar’ ini alarm politik penting, agar narasi keberlanjutan bisa berjalan optimal tanpa bayang-bayang loyalitas ganda di luar Presiden Prabowo,” kata Agung kepada MNS.com, Kamis (17/4/2025).
Selain itu, Agung menyebut, isu “matahari kembar” semakin memperlihatkan adanya masalah komunikasi dari Kabinet Merah Putih yang bentuk oleh Presiden Prabowo Subianto.
“Soal matahari kembar ini kan berangkat dari ungkapan ‘bos’ yang diucapkan dua menteri di Kabinet Merah Putih. Sehingga, bila disederhanakan, ini kembalinya ke problem komunikasi publik pembantu Presiden Prabowo,” ujarnya.
Menurut Agung, menteri-menteri Kabinet Merah Putih kurang menyadari bahwa komunikasi publik di masa sensitif seperti sekarang sama pentingnya denngan kinerja.
Oleh karena itu, dia mengatakan, perlu ada perbaikan dari sisi komunikasi dalam pemerintahan Prabowo agar tidak mengganggu kinerja ke depannya.
“Secara institusional, Presiden Prabowo perlu membuat protokol komunikasi publik, agar kejadian serupa tak berulang-ulang terus. Karena sedikit banyak bakal menjadi beban pemerintahan,” kata Agung.
Diketahui, isu “matahari kembar” belakangan mengemuka setelah sejumlah menteri Kabinet Merah Putih menyambangi rumah Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) di Solo, Jawa Tengah (Jateng).
Kunjungan menteri Prabowo yang disebut dalam rangka momen silaturahmi hari raya Idul Fitri 1446 Hijriah itu dilakukan ketika Presiden Prabowo tengah melakukan lawatan ke lima negara di Timur Tengah pada 9-14 April 2025.
Tak hanya itu, dua menteri menyebut Jokowi sebagai “bos”, yakni Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi serta Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono. Padahal, Presiden RI saat ini adalah Prabowo Subianto, bukan Jokowi.
“Silaturahmi sama bekas bos saya, sekarang masih bos saya. Saya sehat, beliau sehat dan minta arahan-arahan. Banyak sekali, saya harus belajar. Ya kemajuan KKP,” ujar Trenggono saat itu.
Namun, Prabowo diketahui memang mengusung keberlanjutan dalam kampanyenya sebagai calon presiden (capres) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Bahkan, setelah mengucap sumpah sebagai Presiden RI, Prabowo kembali menunjuk sejumlah menteri pada era pemerintahan Jokowi masuk dalam Kabinet Merah Putih.