Minggu, 27 April 2025

Kisah Karomah Habib Ali Kwitang Keturunan Langsung Nabi Muhammad SAW

Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi (Habib Ali Kwitang)

 

Karomah Habib Ali Kwitang banyak dikisahkan beberapa orang. Sebelum membahas soal itu, perlu diketahui terlebih dahulu siapa sesungguhnya Habib Ali Kwitang dan apa sejatinya karomah itu.

Abul Qasim al-Qusyairi dalam bukunya berjudul “Risalah Qusyairiyah” (Pustaka Amani, 1988) menjelaskan karomah merupakan suatu aktivitas yang dianggap sebagai hal yang bertentangan dengan adat kebiasaan manusia pada umumnya, yaitu dapat juga dianggap sebagai realitas sifat wali-wali Allah tentang sebuah makna kebenaran dalam situasi yang dianggap kurang baik.

“Karomah ini juga dapat dianggap sebagai hal yang sangat luar biasa yang diberikan oleh Allah kepada kekasih-kekasih pilihanNya,” ujarnya.

Sedangkan menurut Syeck Ibrahim Al Bajuri, karomah adalah sesuatu luar biasa yang tampak dari kekuasaan seorang hamba yang telah jelas kebaikannya yang diteyapkan karena adanya ketekunan didalam mengikuti syariat nabi.

Syamsul A. Hasan dalam bukunya berjudul “Kharisma Kiai As’ad Di Mata Umat” (LKis Yogyakarta, 2003) menyebut Islam mengakui tentang konsep karomah.

“Karomah untuk kiai dan wali sesungguhnya memanglah ada dan diperbolehkan. Hal ini dikarenakan karomah dianggap sebagai kejadian yang bersifat asumtif dan datang bukan dengan tujuan untuk merusak akidah. Selain itu, Allah menciptakan karomah adalah untuk kekasih-kekasih-Nya,” tulisnya.

Habib Ali Kwitang adalah ulama kharismatik yang berdakwah di Jakarta. Keturunan Nabi Muhammad SAW ini bernama lengkap beliau Al Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi.

Dalam buku “Sumur yang Tak Pernah Kering: Dari Kwitang menjadi Ulama Besar” (Islamic Center Indonesia, 2010) disebutkan jika dirunut secara nasab Habib Ali Kwitang adalah sebagai berikut:

Al-habib Ali bin Abdurrahman bin Abdullah bin Muhammad bin Husein bin Abdurrahman bin Husein bin Abdurrahman bin Hadi bin Ahmad al-habsyi Shahib Syi ib bin Muhammad bin Alwi bin Abubakar al-habsyi bin Ali bin Ahmad bin Muhammad Assadullah bin Hasan at-turab bin Ali bin Muhammad al-faqih al-muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khala Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Muhajir bin Isa bin Muhammad an-naqib bin Ali al-uraidhi bin Ja far ash-shadiq bin Muhammad al-baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib suami Fathimah az-zahra binti Rasulullah SAW.

Habib Ali Kwitang wafat pada hari Ahad 13 Oktober 1968, pada usia 99 tahun Masehi atau 103 tahun Hijriyah. Beliau berkiprah dalam dunia dakwah selama lebih dari 80 tahun.

Karomah / keistimewaan

Dahulu kala, ketika Al Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi berkunjung ke Negeri Hadramaut untuk menjenguk para ulama, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Dalam kunjungannya itu, ia didampingi oleh putranya, Al Habib Muhammad Al Habsyi.

Di antara kunjungannya. Ia memanfaatkan kesempatan itu untuk menghadiri Sidang Al Habib Alwi bin Abdullah bin Sahab di kota Tarim

Melihat kedatangan Al Habib Ali Al Habsyi, Al Habib Alwi bin Syahab langsung menyambutnya dengan hormat dan menempatkan Habib Ali Al Habsyi duduk di depan di sampingnya.Di hadapan jamaah yang hadir di Majelisnya, Habib Alwi bin Syahab mengatakan: “Bapak dan Ibu, kita kedatangan seorang Alim Ulama dari Jawa, dari Bandar Betawi yang namanya sudah tidak asing lagi di negeri ini, yaitu Al Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi”

Dan atas kehadiran-Nya di Majelis ini, kami memohon kepada Al Habib Ali Al Habsyi untuk memohon kepada Allah SWT agar menurunkan hujan di negeri kami, karena sudah lama tidak turun hujan yang menyebabkan kekeringan dimana-mana, dan kami mohon kepada tamu kami Al Habib Ali Al Habsyi berdoa kepada Allah SWT atas niat itu.”

Al Habib Ali Al Habsyi sempat menolaknya karena datang untuk mengambil berkah dan harapan atas doa Al Habib Alwi bin Syahab. Namun karena permintaan tuan rumah, pada akhirnya Habib Ali Al Habsyi berdoa kepada Allah SWT.Setelah sholat, tidak lama kemudian cuaca mulai mendung dan Habib Alwi berkata:

“Sepertinya Majelis ini cukup dulu, karena sebentar lagi akan turun hujan.”

Belum lama ini, hujan turun dengan derasnya dan akhirnya Habib Ali Al Hansyi bermalam di rumah Habib Alwi bin Syahab.

Hampir sehari hujan tak kunjung reda, sehingga pada akhirnya beberapa Jamaah yang mewakili masyarakat Tarim meminta Habib Alwi bin Syahab untuk menyampaikan kepada Habib Ali Al Habsyi untuk mendoakan agar hujan deras dialihkan di Wadi atau di sungai -Hanya sungai.

Dan Habib Alwi bin Syahab bertanya lagi kepada Habib Ali Al Habsyi: “Wahai Hababana Ali, berdoalah kepada Tuhan agar hujan ini turun di sekitar kota hanya di mana tidak ada rumah. Karena jika tidak, rumah kita bisa hancur karena semuanya terbuat dari tanah “.

Mendengar ucapan Habib Alwi bin Syahab, Habib Ali Al Habsyi langsung mengangkat tangan tinggi-tinggi sambil berdoa kepada Allah SWT. Subhanallah, hujan perlahan berhenti.

Melihat hal tersebut, Habib Alwi bin Syahab memeluk Habib Ali Al Habsyi dan berkata:

“Yaa Habib Ali Al Habsyi, Antum Mujabatud Dakwah. Betapa Beruntungnya Negara Yang Antum Berada”.

Itulah Karomah Al Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi dan kisah ini dituturkan oleh Al Habib Muhammad bin Ali Al Habsyi pada saat kunjungannya bersama Bapak saat itu Rihlah di Negeri Hadramaut.

Berita Terkait