
Apakah kamu pernah sadar bahwa kamu sering memotong pembicaraan orang lain? Kebiasaan ini mungkin terlihat sepele, tetapi sebenarnya menyela bisa berdampak negatif pada hubungan sosial, profesional, bahkan romantis.
Dalam pandangan psikologi, kebiasaan ini tidak muncul begitu saja. Ada berbagai faktor yang memengaruhi perilaku ini, mulai dari kebiasaan masa kecil hingga kondisi emosional yang tidak stabil.
Dikutip dari laman DMNews, berikut adalah tujuh alasan psikologis kenapa kamu sering menyela saat orang lain berbicara
1. Dorongan untuk Diakui atau Didengar
Salah satu alasan utama seseorang menyela adalah karena ingin suaranya terdengar. Jika kamu tumbuh di lingkungan yang tidak memberi ruang untuk berbicara, kamu mungkin terbiasa memanfaatkan celah sekecil apa pun untuk menyampaikan pendapat. Dalam psikologi, ini bisa dikaitkan dengan kebutuhan akan validasi atau pengakuan.
2. Antisipasi Terhadap Isi Pembicaraan
Otak manusia cenderung bekerja lebih cepat dari kemampuan bicara. Ketika kamu merasa tahu ke mana arah pembicaraan, kamu terdorong untuk memotong demi memberikan jawaban atau solusi lebih cepat. Ini adalah bentuk cognitive impatience atau ketidaksabaran kognitif.
3. Rendahnya Kemampuan Mendengarkan Aktif
Mendengarkan bukan sekadar diam ketika orang lain berbicara. Mendengarkan aktif membutuhkan kesadaran penuh, empati, dan kemampuan menahan respons. Jika kamu cenderung menyela, mungkin kamu belum terbiasa mendengarkan secara aktif. Ini bisa dilatih melalui mindfulness atau pelatihan komunikasi interpersonal.
4. Kecemasan Sosial atau Rasa Takut Dilupakan
Orang yang memiliki kecemasan sosial sering kali merasa perlu segera berbicara sebelum kehilangan momen. Kamu mungkin takut lupa dengan ide yang muncul atau khawatir pendapatmu tidak akan sempat disampaikan. Menurut psikologi, ini berkaitan dengan rasa takut akan kehilangan kendali dalam interaksi sosial.
5. Pola Komunikasi yang Dibentuk Sejak Kecil
Jika sejak kecil kamu terbiasa berada di lingkungan yang komunikasinya keras, kompetitif, atau terburu-buru, maka menyela bisa menjadi kebiasaan yang terbentuk tanpa disadari.
6. Ego yang Tinggi atau Sikap Dominan
Menyela juga bisa menjadi bentuk dominasi dalam percakapan. Ketika kamu merasa pendapatmu lebih penting daripada lawan bicara, kamu cenderung memotong mereka. Sikap ini bisa berasal dari ego yang belum terkendali atau kebiasaan merasa lebih unggul dalam berkomunikasi.
7. Kesulitan Mengelola Emosi
Emosi yang meluap, seperti antusiasme berlebihan, marah, atau frustrasi, bisa membuatmu menyela tanpa sadar. Dalam psikologi, ini menunjukkan rendahnya kemampuan regulasi emosi.
Jika kamu sulit menahan perasaan saat berbicara, kemungkinan besar kamu akan memotong percakapan untuk segera menyalurkan apa yang kamu rasakan. Menyela bukan sekadar masalah etika berbicara, tetapi juga mencerminkan kondisi psikologis yang lebih dalam. Dengan menyadari alasan di balik kebiasaan ini, kamu bisa mulai mengubahnya perlahan.
Cobalah untuk lebih hadir dalam setiap percakapan, dengarkan secara aktif, dan beri ruang bagi orang lain untuk menyelesaikan pikirannya. Karena komunikasi yang baik dimulai dari kemampuan untuk mendengarkan dengan hati, bukan hanya berbicara lebih dulu.