Sabtu, 9 Agustus 2025

Menkeu Sri Mulyani Umbar Ketangguhan Ekonomi Indonesia ke S&P Global

Menteri Keuangan Sri Mulyani

 

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menerangkan ketangguhan ekonomi Indonesia saat menerima kunjungan lembaga pemeringkat utang internasional Standard & Poor’s (S&P) Global Ratings. “Saya memaparkan bagaimana fundamental perekonomian Indonesia tetap tangguh di tengah dinamika global yang masih menantang,” kata Sri Mulyani dalam Instagram @smindrawati di Jakarta, Senin.

Menkeu menjelaskan secara komprehensif berbagai kebijakan pemerintah untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan, termasuk upaya pengendalian inflasi, penguatan sektor fiskal, dan implementasi reformasi struktural. Menurut Sri Mulyani, diskusi dengan S&P menjadi ajang untuk menegaskan komitmen kuat pemerintah Indonesia terhadap kebijakan fiskal yang prudent dan bertanggung jawab.

“Kepercayaan lembaga pemeringkat internasional seperti S&P akan sangat vital dalam menjaga sentimen positif investor terhadap Indonesia. Melalui dialog yang transparan dan akuntabel, Pemerintah optimis untuk terus menjaga kredibilitas di mata dunia. Menarik lebih banyak investasi demi kesejahteraan rakyat Indonesia,” kata dia.

Pemerintah menarik pembiayaan utang baru senilai Rp 304 triliun hingga 30 April 2025, setara 39,2% dari target APBN sebesar Rp 775,9 triliun. Sementara itu pembiayaan non utang tercatat sebesar Rp 24,9 triliun, sehingga total realisasi pembiayaan anggaran sebesar Rp 279,2 triliun atau 45,3% dari target APBN sebesar Rp 616,2 triliun.

Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono mengatakan realisasi itu menandakan progres pembiayaan sesuai dengan jalur yang telah ditetapkan (on track). Di sisi lain, keseimbangan primer terjaga surplus Rp 173,9 triliun per akhir April 2025, mengindikasikan kondisi fiskal masih cukup memadai untuk mengelola pendapatan, belanja, dan utang.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencetak surplus senilai Rp 4,3 triliun (0,02% terhadap PDB) per April 2025, setelah mencatatkan defisit selama tiga bulan berturut-turut. Pendapatan negara mencapai Rp 810,5 triliun atau 27% dari target, sementara realisasi belanja negara per akhir April mencapai Rp 806,2 triliun atau 22,3% dari target.

Berita Terkait