
Bukan sekadar istilah, frasa ‘tua di jalan’ adalah nyata. Warga Bandung mengalaminya.
Laporan teranyar dari TomTom Traffic mencatat, warga Bandung rata-rata menghabiskan waktunya di jalan karena kemacetan selama 108 jam setiap tahun. TomTom Traffic merupakan platform yang merilis data kemacetan di dunia.
Kemacetan jadi hal biasa buat warga kota-kota besar. Sering kali kemacetan juga membuat warga di kota-kota besar harus ‘tua di jalan’ alias menghabiskan waktunya lebih lama di jalanan menghadapi kemacetan.
Bandung sendiri menjadi kota termacet ke-7 di Asia dan ke-12 di dunia. Sementara Jakarta berada di posisi ke-34 di Asia dan ke-90 di dunia. Dengan data tersebut, Bandung resmi menjadi kota termacet di Indonesia.
Bandung sendiri merupakan ibu kota Provinsi Jawa Barat yang dikenal sebagai salah satu kota besar di Indonesia. Dijuluki Paris van Java, Kota Bandung dikenal dengan keindahan alam dan suasana sejuknya. Tak heran jika saat ini Bandung juga jadi salah satu destinasi wisata populer orang-orang yang ingin healing atau pergi berlibur.
Pengaruh terhadap kesehatan
Dampak rutin menghadapi kemacetan tak berhenti di keluh kesah para pengendara. Lebih dari itu, kemacetan bisa berdampak pada kesehatan.
Sebuah studi yang dilakukan perusahaan asuransi Direct Line menemukan, kemacetan lalu lintas dapat merusak kesehatan pengendara. Kondisi traffic stress syndrome jadi ancaman para pengendara yang bergelut dengan kemacetan. Penelitian menemukan, 1 dari 3 pengendara mengalami traffic stress syndrome. Mereka umumnya menunjukkan berbagai gejala usai terhenti di kemacetan selama 3-5 menit.
Mengutip Teesside Live, sebanyak 1 dari 5 pengemudi juga mengalami peningkatan detak jantung dan sakit kepala. Dalam kasus yang lebih parah, pengemudi bisa mengalami mual, pusing, hingga kram perut.
Ada juga beberapa efek lain yang lebih umum dari menghadapi kemacetan, termasuk kecemasan dan agresi yang meningkat.