Pengamat politik Universitas Negeri Semarang (UNNES) Arief Hidayat mengatakan kontestasi Pilpres saat ini semakin dinamis. Semua kandidat saling menunggu dan menimbang siapa sosok yang mampu mengerek suara secara elektoral.
Hal itu bukan tanpa alasan, sebab pendamping atau Cawapres dalam Pilpres berperan untuk memenangkan kontestasi. Dinilai krusial untuk menggaet suara, dia pun mengatakan setiap kandidat harus bisa menghitung dengan cermat pasangan mereka, sehingga bisa berdampak secara elektoral.
Menurut Arief misalnya adalah Prabowo. Sebagai kandidat yang sudah 2 kali kalah dalam kontestasi Pilpres, dia menilai Menteri Pertahanan tersebut tidak boleh salah pilih Cawapres dalam Pilpres kali ini.
“Survei-survei menunjukkan Prabowo dan Ganjar sama-sama bersaing ketat dan bergerak konstan. Tinggal Cawapresnya yang akan mengerek secara elektoral,” papar Arief dalam keterangan tertulis, Sabtu (15/7/2023).
Arief melanjutkan Prabowo, Ganjar dan Anies masing-masing punya basis yang cukup mengakar kuat. Ganjar kuat di Jateng karena merupakan basis merah. Sementara Prabowo kuat di Jabar, dan Anies cukup kuat di Jakarta. Selain itu, Ganjar dan Prabowo juga dinilai dari kalangan nasionalis.
Karena itu untuk Prabowo, Arief melihat Muhaimin Iskandar (Gus Imin) merupakan pasangan yang bisa menjadi kunci dan penentu kemenangannya.
“Jadi saya kira jika Prabowo ingin menang dan menarik suara NU, serta umat Islam dia harus gandeng Muhaimin Iskandar,” tegas Arief.
Menurut Arif penilaian ini bukan tanpa argumentasi. Sosok Gus Imin dinilai merupakan satu-satunya tokoh dari kalangan Nahdliyin dan sangat kuat di Jawa Timur (Jatim).
Diketahui, Jatim sendiri adalah lumbung suara NU dan bahkan umat Islam. Gus Imin adalah cucu langsung pendiri Nahdlatul Ulama, KH. Bisri Syamsuri.
Di jawa timur PKB juga menjadi partai pemenang. Partai ini mendapat dukungan mayoritas umat Islam. Jadi hal ini dinilai Arief ini menjadi modal yang sangat kuat. Dia juga menyebutkan Jawa timur adalah kiblat dan salah satu barometer.
“Jadi Jatim saya kira bisa menjadi faktor penentu, dan Partai Gus Imin merupakan pemenang di sana”, sambungnya.
Lebih lanjut Arif menuturkan berdasar berbagai survei, nama Gus Imin Iskandar selalu berada di peringkat atas sebagai tokoh dengan elektabilitas tinggi di Jatim, terutama di kalangan Nahdliyin.Karena itu, dia melihat jika Prabowo hendak menang dalam pilpres kali ini, serta ingin menarik suara NU, tak ada pilihan lain bagi Prabowo selain berpasangan dengan Gus Imin Iskandar.
Dengan begitu kekuatan Prabowo dengan Gerindra dan Gus Imin dengan PKB dan NU akan memudahkan kemenangan di kontestasi Pilpres 2024. Sebab, menurut Arief kekuatan Islam moderat yang selama ini identik dengan PKB masih akan menjadi penentu kemana suara umat Islam bergerak.
“Momentum kali ini saya kira harus dihitung dengan cermat oleh Prabowo. Jika ia tak ingin terjatuh dalam lubang yang sama, maka pilihan dengan Gus Imin Iskandar adalah sebuah keharusan dilihat dari sudut manapun”, pungkas Arief.